Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendekia Padang Pariaman dalam usia yang ke 2 tahun telah melewati proses melayani masyarakat sejak tahun 2016. Program layanan pendidikan dan upaya peningkatan sumber daya telah dilakukan dan dapat diterima dengan baik oleh masyarakat terutama di sekitar Kabupaten Padang Pariaman.  Sumber daya saat ini terus berkembang antara lain sumber daya pendidik dan tenaga kependidikan yang memenuhi kualifikasi, bahkan melampaui kualifikasi minimal. Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendekia Padang Pariaman telah menjadi salah satu pilihan utama bagi lulusan MTsN dan SMP di Provinsi Sumatera Barat untuk melanjutkan pendidikan,  hal   ini terbukti dengan  tingginya  antusias siswa untuk  mendaftar sebagi peserta didik di MAN IC Padang  Pariaman, pada tahun 2017 jumlah pendaftar sebanyak ± 1300 orang, tahun 2018 ± 1500 orang.

MAN Insan Cendekia adalah model satuan pendidikan jenjang menengah yang  memadukan Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan pengayaan pada bidang  ilmu pengetahuan dan  teknologi sebagai ciri khas utamanya. Keunggulan MAN Insan Cendekia dibanding madrasah lainnya adalah: Pertama, pengembangan kurikulum dan pembelajaran mengacu kepada standar mutu di atas standar nasional pendidikan  dan berbasis  keunggulan lokal; Kedua, dikelola berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), dengan dukungan pendidik dan tenaga kependidikannya memenuhi kualifikasi yang disyaratkan; Ketiga, fasilitas pembelajaran yang tersedia memenuhi persyaratan kesehatan, keselamatan, kenyamanan, dan keamanan; Keempat, peserta didik wajib tinggal di asrama (Asrama Insan Cendekia) yang dikelola secara profesional; Kelima, mewajibkan  peserta didik  berkomunikasi sehari-hari di lingkungan madrasah dengan  meggunakan  bahasa Indonesia, Inggris, dan Arab.

Terdapat dua sistem pendidikan yang selama ini telah berjalan di lingkungan Kementerian Agama, yaitu sistem persekolahan (madrasah) dan sistem pendidikan berasrama (Pondok Pesantren). Dalam praktek sistem persekolahan (Madrasah) berorientasi pada penguasaan ilmu pengetahuan umum, sehingga penguasaan ilmu ke-Islaman belum optimal, sementara sistem pondok pesantren lebih berorientasi pada penguasaan ilmu-ilmu keislaman (Islamic Studies), sehingga penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi kurang optimal. Walaupun sudah ada yang berhasil menyeimbangkannya. Hal tersebut mendorong pentingnya ketersediaan pendidikan yang mampu meminimalisasi kelemahan dari kedua model pendidikan tersebut.

Kehadiran  MAN Insan Cendekia  yang memiliki kekhasan dan keunggulan yang kuat diharapkan mampu memadukan kedua sistem pendidikan tersebut, yaitu berorientasi pada sains-teknologi dan ilmu agama Islam (tafaqquh fiddin) yang bertumpu pada tiga peradaban (hadlarah), yaitu Peradaban Teks, Kitab (hadlaratun-nash), Peradaban Ilmu (hadlaratul ilmi) dan Peradaban Filsafat (hadlaratul-falsafah) sangat tepat dilakukan.

Dengan keterpaduan tersebut, MAN Insan Cendekia diharapkan menjadi pelopor upaya menghilangkan dikotomi ilmu pengetahuan dan teknologi yang selama ini terjadi dalam pendidikan Islam di Indonesia. MAN Insan Cendekia menempatkan etika Islam yang bersumber pada nilai-nilai universal al-Qur’an dan al-Hadis untuk menjiwai seluruh bidang keilmuan yang diajarkan. Islam mengembangkan ilmu yang bersifat universal dan tidak mengenal dikotomi, antara ilmu-ilmu qauliyyah (hadlaratun-nash) yaitu ilmu-ilmu yang berkaitan dengan teks keagamaan, seperti al-Qur’an al-Hadis, akidah akhlak, fikih) dengan ilmu-ilmu kauniyah-ijtima’iyah (hadlaratul-‘ilm), yaitu ilmu-ilmu empiris-kemasyarakatan, seperti sejarah, sosiologi, antropologi, ekonomi dan juga dengan ilmu-ilmu filsafat (hadlaratul-falsafah). Ketiga wilayah keilmuan tersebut dikaji secara mendalam dan terpadu.

Pengkajian dan pendalaman keilmuan berangkat dari paradigma humanistik-etis dengan dukungan strategi yang terpadu. Ilmu-ilmu yang akan diajarkan di MAN Insan Cendekia, jika didasarkan pada nomenklatur keilmuan yang telah ada pada Standar Isi, terdiri atas ilmu humaniora (bahasa, sejarah umum dan kebudayaan Islam, demografi), ilmu sosial (sosiologi, ekonomi, geografi sosial) dan ilmu alam (fisika, kimia, biologi, geografi fisik), yang kajian-kajiannya dipadukan dengan ilmu al-Qur’an dan al-Hadis.

Pengkajiannya dilakukan secara kreatif dan hermeneutik sehingga dapat diinterpretasi secara terus menerus seiring dengan perkembangan zaman. Nilai-nilai universal yang terkandung dalam al-Qur’an dan al-Hadits menjadi pijakan dan pandangan hidup (view of life) yang menyatu dalam satu tarikan nafas keilmuan dan keagamaan yang  diabdikan bagi kemaslahatan umat manusia. Keterpaduan keilmuan ini akan diwujudkan dan dikembangkan dalam pembelajaran di dalam kelas dan aktivitas di luar kelas.

Keterpaduan ketiga bidang peradaban (hadlarah) ini diharapkan dapat melahirkan lulusan MAN Insan Cendekia yang kuat aqidah dan pengetahuan keagamaannya (tafaqquh fiddin), luas dan dalam pemikirannya, serta menguasai kompetensi yang ditetapkan. Pada gilirannya lulusan MAN Insan Cendekia dapat diterima di perguruan-perguruan tinggi terkemuka, baik di dalam maupun luar negeri dan bermanfaat bagi kehidupan di masyarakat.