Padang Pariaman (MAN ICPP)—Pada Sabtu, 2 Oktober 2021 lalu, telah dihelat pertunjukan pembukaan Pekan Budaya Daerah (PKD) Sumbar 2021. PKD tersebut mengangkat tema “merawat ingatan tentang eksistensi kebudayaan lintas generasi”. Meskipun sudah hampir dua tahun sejak Februari 2020 masa pandemi Covid-19 tak juga selesai, aktivitas peminat berkarya seni mengalami keterbatasan dalam ruang geraknya.
Guna keluar dari problematika tersebut, berbagai bentuk kegiatan, pertunjukan dan penampilan terkait seni dilaksanakan sesuai situasi dan kondisi. Salah satu straeginya adalah dengan memanfaatkan teknologi untuk bisa lebih mendapatkan jangkauan penonton yang lebih luas. Meskipun demikian, pertunjukan sunyi berkesan menjadi tanpa interaksi. Sehingga ada sesuatu yang kurang. Begitulah geliat yang dapat dilakukan pada penggiat seni di era pendemi.
Tepat pada sekitar pertengahan akhir 2021, beberapa kegiatan seni budaya mulai digelar oleh instansi terkait. Beberapa di antaranya masih bersifat preventif terhadap adanya sanksi di masa pandemi. Akan tetapi ada juga yang dilaksanakn secara terbuka dengan catatan memenuhi penerapan protokol kesehatan.
Sejak menggelar pameran di situasi seperti ini, ruang gerak masih dibatasi. Kegiatan-kegiatan pendampingan untuk seni budaya mulai dipayakan secara perlahan dan kontinu. Hal ini didukug pula dengan adanya anggaran fasilitasi kebudayaan yang mengucur melalui menemukan perorangan atau kelompok seni di Ranah Minang.
Para seniman menaruh harapan untuk bisa bergerak dan berekspresi lebih luar. Sehingga mereka berhasil menemukan wadah yang dimanifestasikan ke dalam Pekan Kebudayaan Daerah (PKD) Sumatera Barat 1-5 Oktober 2021. Pada PKD Sumatera Barat ini, para seniman muda mengingat peristiwa 12 tahun lalu itudengan mangangkat tagline, ” Festival Merawat Ingatan”. Ingatan dalam hal ini perihal ingatan pada kebudayaan. ingatan pada kebersamaan, serta ingatan pada kebebasan berekspresi.
Kadis Kebudayaan Sumatera Barat, Gemala Ranti di Padang mengungkapkan bahwa secara bersama akan selalu mengupayakan untuk bisa menjangkau para penikmat seni budaya secara lebih luas. Semua seniman dijaring melalui kurasi yang selektif. Dengan kata lain, mereka yang dapat menampilkan kesenian adalah mereka yang lolos dari penilaian kurator, tanpa memandang apa dan siapa.
Para seniman kontemporer dan penggiat seni rupa diberikan keluasan untuk mengajukan karya terbaik mereka. Karya tersebut dinilai oleh tim kuratir untuk disesuaikan dengan tema. Para seniman yang lulus kurasi tersebut akan tampil pada PKD Sumatera Barat 2021.
Tak hanya kurasi, juga dibuat sistem lomba berbalas pantun, lomba baju kuruang basiba, lomba silek bagalombang, lomba sipak rago, serta lomba tari piring kreasi. Terdapat jalur undangan atau invitasi dari utusan kabupaten dan kota, lembaga serta perseorangan untuk beberapa agenda seperti Focus Grup Discussion (FGD). Berbagai pola tersebut diharapkan dapat menumbuhkan semangat kebersamaan, sehingga pertunjukan tersebut menjadi multikultur. Selain seni tradisi Minang, juga ditampilkan seni tradisi Nias, Mentawai, Mandailing, India dan Tionghoa.
“PKD 2021 malah lebih luas lagi cakupannya. Tidak hanya ajang kesenian semata tetapi juga memberi ruang bagi permainan anak nagari baik berupa olahraga seperti sipak rago, sampai permainan tradisi untuk anak-anak,” Tegas Gumala.
PKD 2021 juga banyak diminati kaum muda dengan jumlah penonton yang datang menikmati sajian malam pembukaan. Sekitar delapan puluh persen didominasi generasi milenial.
Kepala UPTD Taman Budaya Sumatera Barat, Hendri Fauzan mengakui hal tersebut karena menurutnya sasaran kegiatan itu ditargetkan lebih digandrungi pada generasi muda yang akan menjadi pewaris seni tradisi dan budaya di Sumatera Barat ini.
Khusus pada lomba baca puisi kreaatif, berlangsung pada tanggal 4 Oktober 2021. Dua orang siswi MAN Insan Cendekia Padang Pariaman mengikuti cabang lomba umum tingkat remaja. Mereka dilatih di bawah binaan guru pembimbing, Nanda Andika Saputra yang juga guru Bahasa Indonesia MAN Insan Cendekia Padang Pariaman. Setelah menerima informasi pengumuman pemenang lomba, maka diperoleh juara harapan 2 atas nama Rizka Fauziah dan juara 3 atas nama Raisatunnuha dari 50 peserta. Pergelaran terhenti selama pandemi. Bertajuk merawat ingatan. Museum Adityawarman. Pertunjukan. Juri yang menilai mereka yakni Andria C Tamsin, Muhammad Ibrahim Ilyas, dan Irmansyah.* (Dodi Saputra_Humas_MAN ICPP)